Pesan Gus Rozin: Bagi Santri, Ber-NU adalah Kewajiban bukan Pilihan
Kajen, Pekalongan. KH. Abdul Ghofar Rozin, Ketua PWNU Jawa Tengah berpesan bahwa bagi para santri ber-NU adalah kewajiban bukan pilihan. Penegasan ini beliau sampaikan di hadapan santri-santri pada acara Haflah Tasyakur Ala Ikhtitami Jami’ud Durus Pondok Pesantren Al-Utsmani Gejlig Kajen Pekalongan, Jum’at (21/06/2024).
“Kalian para santri adalah kader dan penerus NU, 10 tahun mendatang kalianlah yang menjadi pemimpin NU. Untuk itu ber-NU bukanlah hak tetapi kewajiban. Karena tanpa NU kita tidak akan mengenal ulama dan para masyayikh yang luar biasa yang senantiasa mendoakan kita semua. Oleh karena itu kewajiban kita berNU bukanlah pilihan yang boleh diambil atau tidak” tegasnya.
Gus Rozin menuturkan bahwa sekarang ini para santri tidak ada kegiatan lain kecuali belajar dan belajar. Santri adalah generasi yang luar biasa dan mengagumkan. Haflah Tasyakur yang dilaksanakan di bulan Juni ini terasa seperti di bulan Sya’ban sebagaimana yang berlaku di pondok-pondok salaf. Meskipun santri-santri madrasah ini mengikuti kurikulum kemenag akan tetapi ciri khas pondoknya tidak hilang, bacaan kitab kuningnya fasih, tak ada satupun tarkib yang salah, nyaris sempurna.
“Anak-anak santri di dalam sistem dan model pondok pesantren seperti inilah yang kita harapkan ada dan mewarnai di Tengah-tengah Masyarakat. Kalian bisa menjadi apapun di Masyarakat, melalui wasail menjadi apapun, bisa menjadi pengusaha, menjadi guru, atau menjadi pengurus NU, akan tetapi jiwa dan karakter santri melekat di hati” papar putra KH. Sahal Mahfudz ini.
Gus Rozin menambahkan bahwa selama seumur jagung menjadi ketua PWNU Jawa Tengah dan 6 tahun di RMI PBNU. Beliau sering mendapatkan keluh kesah dari banyak kepala sekolah dan para penggiat Pendidikan. Mereka mengungkapkan bahwa anak-anak sekarang kebanyakan memiliki karakter ngamukan, mutungan dan bosenan. Ketika mendapati kondisi yang sedikit tidak mengenakkan di Pondok kebanyakan mental mereka rapuh dan tidak tahan banting.
“Anak-anak santri yang juga kebetulan bersekolah ini harus menunjukkan karakter mental yang kuat. Menjadi santri butuh perjuangan. Santri sekarang yang menjadi bagian generasi Z harus membuktikan dan membantah stigma negatif tersebut. Jangan karena ada masalah sedikit menyalahkan pengurus dan bahkan pengasuh” tandasnya.
Sementara itu KH. Shohibul Ulumin Nafia selaku pengasuh dan shohibul Ma’had berharap meskipun sebagian santri ini sudah mengkhatamkan Pelajaran ini bukan merupakan akhir dalam mencari ilmu, masih banyak yang harus dipelajari. Untuk itu beliau berharap dukungan dari segenap wali santri untuk terus memberi semangat kepada anak-anaknya di dalam belajar dan mengaji.
“Santri-santri bukan hanya cukup sekolah formal supaya sempurna faham syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Apa yang sudah dipelajari adalah ilmu yg diajarkan Allah kepada Nabi, Nabi kepada sahabat, sahabat kepada para tabiin dan seterusnya secara bersambung hingga kepada para kyai dan ulama. Jadi ilmu yang dipelajari di pesantren bukanlah ilmu buatan manusia” pesannya.
Gus Shohib, panggilan akrabnya menandaskan bahwa kita jangan Jangan mempunyai persepsi kalau mondok itu tidak ada manfaatnya. Menyitir maqalah Sayyidina Ali beliau berpesan jadilah kalian seperti lebah dalam kawanan burung. Yang kawanan burng ini tidak ada kecuali merendahkan atau menganggap remeh kalian. Tapi andaikan burung itu mngerti apa yang terkandung di lebah berupa madu yang barokah niscaya burung tidak akan berlaku yang demikian.
“Santri boleh dianggap sebagai entitas Pendidikan kuno dan tradisional, tapi andaikan mereka mengetahui apa yang ada di dunia pesantren mereka tdk akan berpandangan yang demikian” pungkasnya.
Hadir pula dalam acara haflah ini Maulana Al-Habib Abdullah Baghir bin Ahmad, Maulana Al-Habib Abbas bin Abu Bakar alHadad, KH Abdurrahman Kautsar ( Gus Kautsar), KH. Baehaqi Anwar Rois Syuriah PCNU Kab Pekalongan, KH. Drs. Muslikh Khudlori,MSI Ketua PCNU Kab Pekalongan, KH Munir, ketua PCNU Batang.
Kontributor: M. Syaikhul Alim
